Mungkinkah Linux menjadi Pemain Utama di Pasar Komputer Desktop

Bisakah Linux menguasai Desktop Komputer

Linux merupakan sebuah sistem operasi yang sudah akrab dengan server. Hampir semua distro Linux mayor mampu dijadikan sebagai server. 
Sudah tidak terhitung berapa banyak web hosting yang menggunakan Linux sebagai OS utamanya.
Banyak perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informasi juga lebih memilih Linux karena beberapa alasan.

Secara pribadi saya mengenal Linux sejak tahun 2006 sewaktu menjadi mahasiswa D3 Jardiknas dan magang di ICT Center Kab. Pekalongan.
Linux yang pertama saya kenal yaitu Knoppix Live CD. Begitu menakjubkan melihat 1 keping CD mampu menampung Sistem operasi lengkap dengan aplikasinya, hebatnya tanpa perlu diinstall sudah bisa dioperasikan.

Linux Ubuntu kemudian menjadi distro kedua yang saya kenal, disusul dengan Linux SuSE karena kebutuhan di tempat magang, juga menjadi materi diklat sewaktu D3 Jardiknas pada tahun 2006-2009.
Linux SuSE difungsikan sebagai router NAT dan Proxy untuk melayani kebutuhan internet ICT Center beserta Client-nya.

Sekitar tahun 2007-2008, ketika ruang ICT berpindah ke tempat baru, saya mencoba bereksplorasi menginstal beberapa komputer client dengan OS Linux Puppy, dan melakukan custom tampilan. 

Tak hanya Puppy Linux, distro macam Ubuntu juga pernah saya pakai sebagai client di Lab. ICT. 
Untuk memberikan kemudahan bagi siswa yang terbiasa menggunakan Windows, saya meng-custom tampilan agar mirip Windows XP.

Namun, yang selalu mengganjal bagi saya ketika mengoprek Linux, adalah tidak adanya aplikasi yang selevel dengan aplikasi populer yang tersedia di Windows.
Hingga sekarang produk keluaran Adobe, Autodesk, Steinberge dan lain-lain, belum ada alternatif yang selevel. 
Sebetulnya bisa dimaklumi karena aplikasi alternatif yang tersedia di Linux adalah aplikasi FOSS, yang mana sifatnya Free and Open Source.
Programmer FOSS biasanya seorang relawan yang meluangkan sedikit waktunya untuk membuat software. Meskipun bukan suatu ukuran, biasanya kualitas aplikasi yang dihasilkan tidak sepadan dengan aplikasi yang dibuat oleh programmer profesional.

Sangat disayangkan perusahaan aplikasi populer seperti yang sudah disebutkan tidak mengeluarkan versi Linux-nya.
Apa karena pasar Linux di Desktop kurang menggairahkan? Kalo dipikir-pikir bisa saja, buat apa mereka bikin software kalo target pasarnya cuman nol koma sekian persen.
( Search Google dengan kata kunci Desktop OS market Share )

Sistem pada Linux yang menggunakan shared library terkadang menyulitkan vendor aplikasi untuk menentukan target distro. 
Sudah pasarnya kecil, dibagi-bagi lagi menjadi banyak distro.

Kompatibilitas binary pada Linux juga kurang bagus. Beberapa library terkadang bermasalah ketika terjadi proses upgrade Distro.
Berbeda dengan Windows, aplikasi yang diproduksi 20 tahun yang lalu cenderung masih bisa dipakai pada versi Windows modern.

Di bidang Multimedia seperti Music Production, 3D Production yang bergantung pada kualitas hardware, lagi-lagi Linux harus melihat kenyataan bahwa dukungan vendor hardware lebih memilih Windows.
Beberapa driver opensource maupun proprietary terkadang tidak optimal kinerjanya di bawah Linux.

Meskipun beberapa distro menyediakan installer driver yang relatif mudah, namun pada beberapa kasus masih membutuhkan tweaking agar driver bekerja lebih baik.
Hal ini tentunya tidak akrab dengan pengguna umum komputer.

Pengguna yang profesional di bidang musik tidak selalu mendalami sistem operasi, sehingga tidak ada waktu mengoprek hal-hal semacam itu. Demikian pula pengguna yang profesional di bidang lain, jelas lebih mengutamakan tujuan pekerjaan dibandingkan harus "berkotor-kotoran" dengan sistem.

Hal ini semakin diperparah dengan link-and-match dunia pendidikan dengan dunia industri.
Sebagai contoh, industri yang bergerak di bidang Arsitektur, lebih memilih memakai AutoCAD, atau ArchiCAD
Pendidikan di SMK-pun menyelaraskannya dengan mengajarkan software tersebut kepada peserta didiknya.
Demikian juga SMK yang berkecimpung di bidang Perbankan, bidang Multimedia, atau bidang Teknik lainnya.

Semenjak ramainya gadget berbasis Android dan teknologi berbasis Cloud, pasar sistem operasi pun terbelah dengan sangat signifikan. Android sebagai OS opensource dengan dibackup Google, seolah mendobrak dominasi beberapa aplikasi besar dan menjadikan budaya baru berkomputasi.
Banyak kegiatan komputasi ringan macam edit foto, video, aplikasi perkantoran, aplikasi desain grafis menjadi lebih dekat dan lebih mudah bagi pengguna.

Meskipun Android terdapat unsur Linux di dalamnya namun banyak perubahan besar dari sisi non-kernel yang menjadikan Android sangat mudah diterima oleh pasar, baik pengguna maupun developer.
Popularitas Android tentunya juga terbantu dengan ekosistem milik Google melalui Adsense-nya. Sehingga developer aplikasi memiliki kesempatan untuk menghasilkan uang melalui aplikasi buatannya.

Kembali ke topik awal, Linux sekarang sudah mulai dilirik di ranah game, dengan di-porting-nya Steam ke Linux dan adanya SteamOS yang merupakan OS khusus untuk gaming.
Namun, bagi pengguna komputer profesional yang bergerak di bidang seperti Multimedia, Arsitektur, Perkantoran (dan lain-lain) sepertinya masih menemui kendala dengan dukungan aplikasi standard industri, serta driver periperal yang belum sempurna.

Bagi pengguna kantoran dan rumahan, kendalanya masih ada pada belum move-on nya mereka dengan aplikasi "warisan sekolah" seperti MS Office. Tidak hanya itu, kompatibilitas Printer yang ada di pasaran dengan Linux juga menjadi permasalahan yang membutuhkan perlakuan khusus.

Lalu kapan kiranya Linux dapat menjadi pemain utama di area Desktop? Karena fenomena seperti di atas masih relatif sama semenjak saya mengenal Linux hingga sekarang.

Darimana harus memulai agar Linux dapat menjadi pemain utama yang menjadi pilihan utama Industri, Developer dan pengguna?
Dari sekolah kah? Menurut saya kurang tepat karena kebanyakan sekolah acuannya adalah Industri. Apa yang Industri pakai, itulah yang menjadi pilihan di sekolah. Meskipun kenyataannya tidak harus demikian.
Atau dimulai dari Industri saja? Hmmm... Agaknya susah, karena industri mindset nya sudah profit dan produktif, yang tepat guna dan mudah dipakai yang akan menjadi pilihan.
Atau dimulai dari pemerintah? Jadi teringat IGOS yang juga belum menjadi standar nasional baik di tingkat sekolah maupun industri. IGOS belum mampu merangkul developer aplikasi dan vendor driver untuk menjadikan Linux sebagai prioritas.

Atau harus dimulai dari diri sendiri? Boleh juga, asah skill yang banyak tentang Linux, lalu ajak sekitarnya untuk menggunakan Linux. Namun harus benar-benar mendampingi dan memberikan support kepada pengguna, jangan hanya jadi jasa install OS Linux, lalu selesai.
Ketika diri sendiri sudah mahir Linux, terkadang ada saja godaannya untuk balikan ke "mantan".
Tuntutan pekerjaan terkadang menjadi alasan besar yang menyebabkan user balikan ke OS sebelumnya.

Atau, apakah FOSS / Linux developer harus bersatu membuat sebuah standarisasi OS? Hmm... Namun apakah FOSS / Linux benar-benar butuh standarisasi? Bukankah spirit FOSS adalah freedom, tidak memaksa pengguna dan cenderung membebaskan pengguna untuk memilih komponen apa yang dipakai. 

Atau, Android coba deh masuk ke pasar Desktop? Namun yang benar-benar resmi bukan projek semacam Androidx86 atau yang sejenisnya. Mungkinkah?

Atau, memang beginilah fitrah dari FOSS/Linux. Memberikan kebebasan kepada pengguna untuk memodifikasi hingga ditemukan ramuan yang pas untuk kebutuhannya.
Sehingga Linux beserta FOSS-nya lebih cocok sebagai specific purpose daripada general purpose OS. Seperti halnya GoUNBK Linux yang bertujuan khusus untuk OS Client penyelenggara Ujian Berbasis Komputer di sekolah. Berukuran kecil, ringan dan fokus pada satu tujuan.

Tulisan ini hanya sekedar opini pribadi berdasarkan pengalaman dan beberapa data yang saya temukan di Internet.
Maaf apabila terdapat kekeliruan dan kekhilafan, mohon kiranya bisa dikoreksi atau ditambahkan untuk memperkaya pengetahuan melalui kolom komentar di bawah.

Terimakasih bagi yang telah sudi membaca. Segala hal yang baik dari saya karena Rahmat, dan Karunia Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Segala kekurangan dan kesalahan semata-mata karena kebodohan dan ketidaktahuan saya.

Pemuda Hebat, Bangsa Kuat, Indonesia Maju


Comments

Post a Comment

Luangkan sedikit waktumu untuk berkomentar, berikan kritik dan saran untuk kemajuan Blog / tulisan pada form yang disediakan.